Istilah dalam Karapan Sapi
Karapan sapi atau dalam bahasa Madura "kerrabhen sapeh" merupakan lomba adu kecepatan lari dari dua ekor sapi jantan yang disatukan/ditautkan oleh sejenis kayu pahatan yang disebut "pangonong". "Pangonong" sendiri menjadi satu dengan "kaleles" yang dijadikan tempat bagi joki atau disebut "tokang tongkok". Sedangkan untuk alat pacu digunakan alat yang terdiri dari sebatang kayu berpaku.
Karena karapan sapi adalah lomba adu cepat, tentu saja tidak sembarang sapi bisa dipilih. "Sapeh kerrab" demikian istilah untuk jenis sapi yang dijadikan tunggangan dalam karapan sapi dipilih berdasarkan keturunan, struktur tulang, jaringan otot dan lingkungan kesehatan. Sapeh kerrab harus diberikan jamu secara teratur minimal 1 minggu sekali berupa telur ayam kampung (10 - 25 buah telur) dan madu. Bahkan jika masa karapan sudah dekat, jamu diberikan tiap hari. Sapeh kerrap ini juga harus menjalani latihan rutin yang biasa disebut "ngetren". Karena perlakuan inilah untuk sapi jenis ini bisa berharga puluhan sampai ratusan juta.
Pangonong dan kaleles sebagai alat pengikat dua sapi dan tunggangan bagi tokang tongkok juga harus dipilih dari kayu pilihan yang kuat. Tidak jarang pangonong juga diberi ukiran untuk lebih mempercantik penampilan sapi. Pangonong dan kaleles bisanya juga dicat dengan warna kebanggaan pemilik, motif catnyapun bisa berupa ukiran yang menarik.
Tokang tongkok biasanya dipilih dari anak-anak yang tidak mempunyai berat badan lebih untuk menghindari beban bagi sapi. Tokang tongkok harus kuat dan mempunyai keseimbangan yang baik karena ia yang bertugas mengendalikan sapi dan memacu kecepatan sapi. Tokang tongkok memegang dua buah alat pacu batang kayu berukuran panjang sekitar 30 cm dan diameter 3-5cm yang sebagian ujungnya diberi lingkaran paku-paku sepangang 10-15 cm. Tujuan alat pacu ini adalah memberikan rasa sakit pada sapi agar bisa berpacu lebih kencang.
Karapan sapi dengan iringan musik 'saronen'
Even Karapan Sapi
Event yang rutin bagi karapan sapi bisayanya diadakan secara teratur tiap tahun dan modelnya berjenjang, dari tingkat kecamatan, kawedanan, kabupaten sampai tingkat karesidenan (biasa disebut "gubeng" dengan memperebutkan pila presiden). Tapi biasanya ada event lain yang diadakan selain event-event tersebut diatak seperti :
1. event untuk memeperingati ulang tahun sebuat institusi seperti : Piala Kodim, pilala Kapolda, atau HUT daerah.
2. event khusus diadakan untuk menyambut tamu, atau disebut "kerrabhen sapeh onjengan" atau karapan sapi undangan.
Karapan Sapi dan Harga Diri
Yang lebih menarik dari karapan sapi adalah, bukan hadiah semata yang diincar oleh para pemilik sapeh kerrab, melainkan harga diri. Kalau dilihat dari hadiah, sudah jelas tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli dan merawat sapi-sapi tersebut. Pemilik sapeh kerrab akan dianggap "jago" atau martabatnya dianggap tinggi jika sapi-sapinya menang. Oleh karena itu, pemilik sapeh kerrab umumnya adalah orang berduit dan bertujuan untuk mencari pengaruh seperti kepala desa atau klebun atau orang-orang terkaya di kampung.
Mungkin hal inilah yang membuat karapan sapi di Madura begitu spesial, walaupun di beberapa daerah juga ada karapan sapi sejenis, tapi struktur sosial masyarakat Madura yang membuat karapan sapi Madura ini begitu beda. Tidak salah jika jika karapan sapi Madura menjadi budaya unggulan Madura baik di dalam negeri ataupun di luar negeri.
(Sebagai kontribusi bagi Komunitas Blogger Madura, Blogger Nusantara dan IDBlogNetwork)
Read More | ![]() |